.quickedit{ display:none; } .adscolumn{ width:933px; padding:10px 3px; background:#fff; margin:5px 10px 0px 10px; text-align:center; border:1px solid #C0C0C0; } .adscolumn .widget{ }
BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS
1

clock

Saturday, January 1, 2011

Teknologi Nano Gandakan Kekuatan Beton

Konstruksi bangunan menjadi dua kali lebih kokoh, tahan gempa dan kedap air laut menggunakan bahan konstruksi nanosilika. Material jenis ini dapat dihasilkan melalui pengolahan silika yang melimpah ruah di Indonesia dengan teknologi nano.
“Dengan campuran 10 persen bahan nanosilika, kekuatan beton bertambah menjadi dua kali lipatnya,” kata penemu dan pemilik paten nanosilika Dr. Nurul Taufiqu Rochman di sela Konferensi Internasional Advanced Material and Practical Nanotechnology di Serpong, Banten, Senin (4/9).
Indonesia, ujar Peneliti dari Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu, memiliki potensi silika hingga miliaran ton. Bahan tersebut dapat ditemukan di berbagai tempat seperti pantai, pegunungan, dan lain-lain sehingga dapat diperoleh dengan mudah dan murah.
Untuk mengolah silika, ujar Nurul, pihaknya telah mematenkan alat pengolah khusus ball mill. Alat ini yang menghancurkan mineral tersebut hingga berukuran nanometer (sepermiliar meter).
Nanosilika harganya hanya 30 persen lebih mahal daripada semen, namun kualitasnya mencapai dua kali lipat. Produksi nanosilika dalam negeri menjadi alternatif untuk menggantikan mikrosilika yang saat ini masih diimpor dan dengan harga relatif jauh lebih mahal.
“Mikrosilika adalah silika yang digiling dengan peralatan penggilingan biasa sebagai bahan konstruksi beton. Namun nanosilika diproses dengan ball mill yang hasilnya menjadi lebih halus lagi sehingga menjadi lebih kuat,” katanya.
Di masa depan, ia berharap konstruksi sipil seperti bangunan, jembatan, terowongan, bahkan bangunan di dalam laut menjadi lebih murah dan sederhana dengan nanosilika.
Sangat terlambat
Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI) itu mengatakan, Indonesia sebenarnya sudah sangat terlambat memasuki dunia nanoteknologi yang jika tidak segera memulainya sekarang juga bakal menghadapi banyak masalah di masa depan. Nurul yang dalam kesempatan itu juga meluncurkan buku Nano-Edu, buku pengenalan teknologi nano untuk pelajar, meminta pemerintah lebih memasyarakatkan teknologi nano kepada anak-anak sejak dini.
“Di Jepang, sekarang semua lab sudah menggunakan nama nano, jika tidak, lab itu tak akan dilirik. Itu mencerminkan di masyarakat dunia, teknologi nano sudah memasyarakat. Sayangnya di Indonesia, orang masih bertanya-tanya benda apakah nano itu,” katanya.
Di luar negeri, ujarnya, kaca-kaca bangunan tinggi sudah menggunakan teknologi nano sehingga selalu bersih dan tak perlu perawatan, kosmetik penahan virus juga sudah diproduksi. Teknologi nano, ujarnya, mampu menyusun atom atau molekul karbon yang terdapat dalam batubara dan grafit menjadi sebutir berlian yang berkilauan.
“Itu karena atom-atom yang terdapat dalam grafit sama persis dengan atom-atom dalam berlian, yang berbeda hanya strukturnya dan dapat direkayasa dengan teknologi nano,” ujarnya. Karena itu Indonesia jangan sampai hanya menonton saja dan menjadi negara pengimpor berbagai produk hasil teknologi nano. Namun, bangsa Indonesia harus berperan aktif bahkan menjadi pengekspor bahan-bahan hasil teknologi nano.
Sumber: Antara/Wah/WB

No comments:

Post a Comment

 
Pasang Kode Iklan sobat yg berukuran 120 x 600 disini!!!